Rabu, 28 Mei 2008

BBM naik kesulitan hidup ikut naik

Senang sebenarnya menyadari bahwa dengan mengurangi subsidi BBM, anggaran belanja negara bisa lebih dihemat sehingga bisa digunakan untuk “belanja” yang lain. Sayangnya BBM itu hal yang vital. Naiknya BBM menyebabkan yang lain ikut-ikutan naik. Lalu kita berfikir, kalau begitu kenapa Bapak Presiden melakukan langkah ini, yang notabene beliau tuh pastinya orang pinter, jelas tahu dan bisa menganalisa apa yang akan terjadi dari pengambilan keputusan suatu kebijakan, lalu kenapa masih bersikeras merealisasikan kebijakan pengurangan subsidi BBM ini??

Sepertinya ada yang salah dari era kepemimpinan negara kita kali ini. Penulis yakin kesalahan bukan berasal dari SDM para pemimpin-pemimpin kita. Pemimpin kita tuh, adalah orang-orang “top” di bidangnya masing-masing. Masalah moral juga wajar-wajar saja. Karena bisa dibayangkan apabila suatu saat kita duduk di “kursi panas” maka kemungkinan besar kita nggak bakalan ngomong masalah moral lagi. Trus masalahnya apaan dul!!.

Kita masih ingat jaman era kepemimpinan Bung Karno, Pak Harto, dan presiden-presiden pendahulu. Kalo saya boleh ber-opini, mari kita kupas satu-persatu era kepemimpinan beliau-beliau tersebut.

Era kepemimpinan Bung Karno.
Selepas dari penjajahan Belanda, terjadi euforia pada pemuda-pemuda Indonesia. Pada saat itu, seluruh pemuda Indonesia Indonesia mempunyai faham ideologi dan nasionalisme yang (sangat) tinggi sekali. Dalam pengambilan kebijakanpun, Presiden menggunakan faham nasionalisme yang membara, sampai-sampai tidak ada yang berbau bangsa asing di segala sektor. Mulai dari pinjaman dari bangsa lain, sampai investor asing tidak boleh berada di Indonesia. Sehingga yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat tapi pasti. Kadang tumbuh kadang mungkret he..he.. Sisi baiknya adalah kita saat itu jadi bangsa yang mandiri.

Era kepemimpinan Pak Harto.
Era kepemimpinan mantan Presiden kita yang satu ini mengutamakan kesejahteraan rakyat. Cara apapun ditempuh pokoknya rakyat sejahtera. Sektor yang diutamakan pada waktu itu adalah pertanian karena negara kita negara agraris, banyak penduduk yang bercocok tanam. Plus sarana dan prasarana serta kebijakan yang menunjang dilakukan. Pak presiden waktu itu juga juga menarik investor asing masuk ke Indonesia sebanyak-banyaknya. Kunci era kepemimpinan ini adalah : apabila negara kita ingin dipenuhi oleh investor asing maka stabilitas keamanan harus mantab. Nah, dalam menegakkan stabilitas keamanan ini, diperkuatlah satuan-satuan pengamanan negara. Saking inginnya menegakkan stabilitas keamanan, terkadang kebablasan. Masih ingat di benak kita, pernah ada semboyan, “Jangan terlalu vokal, besok pagi bisa hilang kamu !”. Sisi baiknya pertumbuhan ekonomi sangat cepat, walaupun utangnya banyak.

Era kepemimpinan Pasca Soekarno dan Soeharto.
Pemimpin kita sekarang ini sebenarnya bingung mau berbuat apa ?? Mau mengusung model kepemimpinan Pak Karno tidak mungkin karena masyarakat semakin kompleks. Mengadopsi model kepemimpinan Pak Harto terbentur HAM. Yang terjadi ya seperti sekarang ini. Kerusuhan dimana-mana, keamanan mengkhawatirkan. Sementara kebutuhan rakyat tidak dapat ditunda. Hasilnya ya… seperti ini. Para pemimpin kita memaksakan suatu kebijakan kepada rakyatnya karena tidak ada yang lebih baik yang bisa dilakukan. Sebenarnya saya yakin hal itu tidak ingin dilakukan, namun bagaimana lagi ?. Ditambah lagi pengeluaran negara yang cukup besar akhir-akhir ini untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak oleh banyaknya bencana alam.

Hal yang dapat kita lakukan adalah berdoa. Jadikan diri kita masing-masing lebih baik agar tidak membebani negara. Apabila mampu, bantulah orang-orang yang kesulitan disekitar kita. Mari kita bantu-membantu untuk Indonesia yang lebih baik.

3 komentar:

Ivana mengatakan...

kalo di sini ngga ada tuh yang namanya mogok-mogokan...
sopir-sopir cuma adem ayem..
yang kebakaran jenggot malah para penumpang soalnya, uang yang dikeluarkan jadi tambah banyak huwaa...

Ivana mengatakan...

sori, ini harysnya komen buat teman saya yang judulnya hampir sama dengan kamu,hehehe...
kebetulan nyambung..
o iya, soal kepemimpinan...yah...tergantung pinternya si pemimpin me-mix gaya pendahulunya buat memberikan yang terbaik untuk indonesia

Antown mengatakan...

sepakat sama ivana